caption: Ibu-ibu desa Kalensari, serius memperhatikan pengarahan dari Sri Astuti (23) mahasisawa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Wiralodra, Indramayu yang memberikan pelatihan membuat kerajinan dari limbah, di ruang Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Kalensari, Kecamatan Widasari, Indramayu Jawa Barat (Abu Zaed Al Ansori)

Indramayu Villagerspost.com – Seperti umumnya desa-desa di pulau Jawa, warga desa Kalensari, Kecamatan Widasari, Indramayu, Jawa Barat banyak yang berprofesi sebagai petani dan juga buruh. Dari 1.903 penduduk, ada sejumlah 113 orang yang menjalani profesi sebagai petani dan 167 orang menjadi buruh.

Sebagai petani dan buruh, mereka menggantungkan pencahariannya hanya pada dua musim yaitu musim kemarau dan musim kering. Di musim hujan, kaum ibu banyak yang bekerja sebagai buruh tani, ikut menanam padi dan akan kembali bekerja beberapa bulan kemudian di musim panen.

“Ketika musim panen, ibu-ibu ikut derep (panen padi secara tradisional-red) sehingga ketika musim paceklik (usai musim tanam) atau ketika musim kemarau masyarakat desa yang menjadi buruh tani hanya melakukan rutinitas biasa yang tidak menghasilkan uang,” kata Rikhla Farkhati (21), salah seorang mahasiswa Universitas Wiralodra Indramayu yang tengah melakukan Kuliah Kerja Nyata di desa Kalensari, baru-baru ini.

Atas dasar itulah, para mahasiswa bekerjasama dengan ibu-ibu Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kalensari untuk mengadakan pelatihan kepada ibu-ibu, khususnya para buruh tani di desa agar bisa memanfaatkan waktu luang untuk bisa membantu keluarga menghasilkan uang. Pelatihan yang diberikan adalah pelatihan mengolah limbah rumah tangga seperti limbah kain perca agar bisa diolah menjadi barang kerajinan seperti bros.

Pelatihan kerajinan mengolah limbah menjadi berkah itu dilaksanakan pada Selasa (16/8) lalu sehari sebelum perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-71. Tempat pelatihan adalah di ruang kelas Sekolah Dasar Negeri 1 Kalensari. Ternyata ide mengadakan pelatihan mengolah limbah perca menjadi barang kerajinan itu mendapatkan sambutan luar biasa dari kaum ibu di desa Kalensari.

“Antusiasme warga Kalensari ini sangat baik hingga mencapai 32 ibu-ibu yang dateng sampai-sampai satu kelas SD-pun kurang,” kata Sunani (21) yang ditunjuk sebagai ketua pelaksana kegiatan.

Dalam kegiatan itu, para ibu yang bekerja sebagai buruh tani diajarkan mengolah kain perca menjadi bemacam-macam barang kerajinan yang bernilai ekonomi. Selain membuat bros dan keset dari limbah perca, mereka juga diajarkan membuat tempat pensil, tas, tempat  tisu dari limbah plastik bekas minuman teh kemasan.

Acara tersebut juga ikut dihadiri oleh Ibu Kuwu (istri kepala desa), ibu-ibu guru dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan juga para Ketua RT, dan Lebe yang membantu penyiaran pengumuman di pengeras suara masjid. “Harapan dan keinginan setelah pelatihan ini warga bisa memanfaatkan limbah yang di sekitar dan dari limbah tersebut bisa menghasilkan uang,” kata Sunani.

Ketua PKK Kalensari Juju Juharti mengaku senang dengan antusiasme ibu-ibu di desanya untuk mengikuti pelatihan ini. “Pelatihan kain perca kemaren semua orang antusias dan sibuk menanyakan apa yang ia tidak bisa kepada teman yang sudah bisa kepriben kinih…..kepriben kinih….., waktu pelatihan administrasi mah garep nakon-nakone priben dikarnakan ibu-ibu masih banyak yang belum bisa baca tulis, jadine ibu-ibu susah untuk memahami apa yang dijelaskan. Beda dengan pelatihan kain perca semua peserta bekerja dan sibuk dengan kreasinya,” kata Juju kepada Tim Jurnalis Desa Kalensari.

Juju menyimpulkan ibu-ibu masyarakat desa Kalensari cocok untuk diberikan pelatihan-pelatihan kerajinan, seperti pelatihan membuat bros dan keset atau pelatihan yang sedang menjadi trend sekarang seperti membatik. “Pokoknya pelatihan-pelatihan yang tidak ada sangkut pautnya dengan masalah tulis menulis ibu-ibu itu banyak yang antusias sampai-sampai yang tidak diundang saja datang dengan sendirinya,” ujarnya.

Menurut Juju, dengan diadakannya pelatihan-pelatihan ini ibu-ibu yang biasanya kumpul-kumpul menganggur, sekarang ngrumpi-ngrumpi sambil berkarya yang menghasilkan sesuatu yang mempunyai nilai jual. Dari situ, mereka bisa ikut membantu untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Hasil kreasi ibu-ibu ini juga bisa ditampung di Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). “Syukur-syukur bisa dipasarkan di masyarakat luas luar desa,” kata Juju, berharap.

“Mudah-mudahan pelatihan kain perca ini semakin banyak dan berkembang dengan berbagai variasi dan kreasi serta modelnya. Ibu-ibu rumah tangga bisa memanfaatkan kain perca yang seharusnya menjadi limbah malah menjadi barang seni yang mempunyai nilai jual,” pungkas Juju.

Laporan: Zaed Al Ansori dan Tim Jurnalis Desa Kalensari, Indramayu, Jawa Barat